Meraih Bisnis dari Idealisme Seni
Seni ternyata bisa berkembang menjadi bisnis dan menghasilkan untung triliun rupiah tiap tahunnya. Awalnya Wahyu Aditya memiliki hobi menggambar sejak kecil. Keinginannya hanya ingin menghibur orang lain lewat gambar dari imajinasinya. Hobinya itu berlanjut di bangku kuliah dengan mengambil jurusan multimedia, dan kini Aditya membuka bisnis yang bergerak dalam bidang animasi dan desain. "Waktu kecil saya lebih senang dibelikan kertas kosong daripada mainan," kata Adit, begitulan Wahyu Aditya akrab disapa.
Sebagai langkah awal, April 2004 Adit membuka kursus animasi dengan nama Hello Motion Academy. Semula, Adit mengaku ide membuka kursus animasi ini hanya iseng. Adit melontarkan gagasan ke teman-temannya di milis. Tak disangka banyak orang yang tertarik. "Saya nekat membuat pameran pendidikan di Jakarta, ternyata banyak orang yang mendaftar," ujarnya.
Alih-alih banyak yang mendaftar, Adit kebingungan karena waktu itu Hello Motion masih dalam bentuk brosur dan belum mempunyai tempat. Dia juga belum mempunyai modal usaha. Awalnya Adit sempat terpikir untuk meminjam modal usaha dari orang tua. Namun, akhrirnya dia memutuskan untuk mengajukan pinjaman dari bank Rp 400 juta. Modal usaha itu habis untuk sewa ruko tiga lantai di kawasan Tebet dan belanja peralatan komputer.
Celakanya, Adit juga tidak tahu soal bisnis dan bagaimana mengelolanya. Dunia usaha merupakan hal yang awam baginya. Untuk mengatasinya, Adit rajin membaca buku-buku bisnis yang berisi teori-teori terbaru pakar bisnis. Hasilnya, dia tetap sukses menjalankan roda bisnisnya hingga kini. Usahanya tumbuh subur. Kuota kelasnya selalu terisi penuh 40 siswa, ditambah daftar tunggu mencapai 30 orang.
Jumlah jurusan yung ditawarkan juga terus berkembang. Awalnya hanya ada tiga pilihan program studi yang ditawarkan. Yakni, animasi, graphic, dan digital movie. Sejak tahun 2007 lalu, Hello Motion menambah program studinya dengan editing."Kedepan saya ingin membuat kurikulum yang berjenjang, jadi lebih padat lagi," tutur pria kelahiran Malang ini.
Keuntungan usahanya juga terus terkerek. Tahun 2007 lalu, omzetnya mencapai Rp 1 miliar per tahun. Naik dari tahun sebelumnya yang hanya Rp 800 juta. Adit mencoba menyasar kalangan anak muda dan mahasiswa. Pangsa pasar terbesarnya adalah mahasiswa dengan usia 18-28 tahun. Untuk kursus selama rata-rata 2,5 bulan, dalam 22 kali pertemuan, siswa dikenakan biaya sekitar Rp 3,7 juta.
Hingga tahun ini, Hello Motion telah berhasil menetaskan 600 siswa lulusan animasi. Karena tidak memiliki dana yang cukup untuk melakukan promosi di berbagai media, Hello Motion berkembang hanya dari mulut dan mengandalkan jualan dari internet. Selain membuka kursus, Adit juga mempunyai usaha rumah produksi. Meskipun belum menghasilkan karya layar lebar, tetapi karyanya sudah diakui komunitas film di Indonesia dan Asia.
Beberapa kali film pendek karya Hello Motion menjadi finalis berbagai kompetisi di Jepang, Korea, dan Amerika. Bahkan, Adiet juga pernah menyabet penghargaan tingkat dunia International Young Creative Enterpreneur of The Year (IYCEY) kategori Screen tahun 2007 lalu. Tak tanggung-tanggung, dia lantas mendapat dana proyek 7.500 poundsterling. "Uangnya untuk mengirim 3 staf pengajar untuk belajar animasi ke Inggris," tutur pria 28 tahun ini.
Ke depan, Adit mengaku ingin mengajak investor lain untuk lebih mengembangkan Hello Motion baik ke fasilitasnya maupun kurikulum. "Saya ingin membagi resiko perusahaan. Karena menjalankan usaha sendiri ternyata berat sekali," kata Adit. Saat ini, Adit mengaku sudah ada yang berminat untuk investasi tapi lebih ke arah franchise. Namun, Adit masih enggan memberikan franchise kepada pihak lain. Karena masih banyak resiko, katanya, terutama dalam hal kualitas yang tidak merata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar